Minggu, 06 Oktober 2013

Artikel Perekonomian Indonesia Saat ini


KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI

POLA DEDUKTIF                                                        
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini berbeda dengan kondisi perekonomian tahun 1998 dan 2008 dan belum bisa dikatakan sebagai krisis. Pemerintah kompak menepis anggapan bahwa kondisi ekonomi saat ini sama dengan saat krisis ekonomi 1998. "Saya rasa fundamen dan kondisi kita jauh lebih baik daripada 1998. Bahkan kalau kita bandingkan dengan 2008 sesungguhnya apa yang terjadi akhir-akhir ini masih dalam level yang bisa kita kendalikan," tegas staf khusus presiden bidang ekonomi, Firmanzah. Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga kompak menyebut ekonomi saat ini masih jauh dari ancaman krisis. Hal serupa disampaikan Menteri Keuangan Chatib Basri. "Dibanding tahun 1998, itu jauh lebih berat yang krisis 1998. Jadi jangan samakan kondisi perekonomian sekarang dengan apa yang terjadi pada krisis 1998 dan 2008 juga.
Kondisi ekonomi saat ini ternyata mengingatkan kondisi pada kondisi perekonomian tahun 1998 dan 2008. Di mana, pada saat itu, Indonesia mengalami krisis ekonomi akibat dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta terjun bebasnya pergerakan rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Saat ini pun tidak berbeda jauh. Pada Senin, (19/8), IHSG ditutup melemah 255,14 poin atau 5,58 persen ke level 4.313. Sedangkan pada Selasa (20/8), IHSG kembali ditutup anjlok 138,54 poin atau 3,21 persen ke level 4.174. Pada Rabu (21/8), IHSG bergerak naik 43,47 poin atau sebesar 1,04 persen menjadi 4.218.
Pun pada Rupiah. Pada Senin, nilai tukar Rupiah berada di level Rp 10.392 per USD. Angka ini terus melemah hingga kemarin, Rupiah ditutup pada level Rp 10.723 per USD.
Kondisi perekonomian saat ini disinyalir akibat adanya kebijakan dari bank sentral Amerika yang melakukan pengetatan terhadap pengeluaran obligasi besar-besaran atau quantitative easing. Pengetatan tersebut karena ekonomi AS mulai menunjukkan pemulihan dari krisis yang    sempat   melanda negeri tersebut sejak 2008 lalu. Krisis ekonomi yang terjadi pada AS tersebut berdampak buruk terhadap perekonomian dunia. Pasalnya, AS dinilai menjadi salah satu poros perekonomian dunia.
Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi terkelam perekonomian bangsa. Keadaan berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian        indonesia. Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Krisis ini juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.
Kembali ke 2013, saat ini, Thailand juga resmi mengumumkan bahwa negaranya sedang mengalami krisis. Ini ditandai dengan pelemahan mata uang Bath terhadap dolar AS.
Anjloknya Rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok. Bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan peringkat internasional bank besar bahkan juga surat utang pemerintah terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah.
Puluhan, bahkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau bangkrut.
Selain itu, masalah perekonomian di indonesia masih cukuplah banyak, beberapa lain diantaranya :
1.      Kemiskinan
--> Walaupun Indonesia masih menjadi negara berkembang namun indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan yang melimpah dalam hal sumber daya alamnya hanya saja sumber daya manusianya yang tidak dapat mengelola semua itu dengan baik sehingga banyak sumber daya alam tersebut yang tidak terawat dan terabaikan. Padahal dari melimpahnya sumber daya alam tersebut dapat menciptakan berbagai lapangan pekerjaan dan nantinya memberikan penghasilan sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
2.      Ekspor-Impor
--> Dalam beberapa waktu belakangan ini diketahui bahwa harga komoditas ekspor anjlok sehingga penerimaan ekspor menurun, disamping itu semakin banyak barang-barang impor yang masuk ke Indonesia dan dijual bebas di pasar domestik khususnya produk-produk pertanian sehingga membuat petani-petani Indonesia mengalami kerugian.
3.      Pengangguran
--> Jika membahas pengangguran sudah diketahui bahwa tingkat pengangguran di Indonesia masih cukuplah tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan begitu banyak orang yang membutuhkan kerja tapi lapangan kerja yang tersedia hanya sedikit sehingga masih banyak pengangguran.

Tidak hanya beberapa masalah diatas yang dialami oleh perekonomian Indonesia, masalah deflasi dan inflasi pun sempat terjadi. Sektor ekonomi rill, seperti industri rumah tangga, pangan, maupun jasa masih mengalami hambatan sampai saat ini sehingga masalah perekonomian yang ada di Indonesia belum tuntas sepenuhnya dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Situasi perekonomian saat ini gawat dan tidak pasti, atau dengan kata lain Indonesia berada pada lampu kuning. Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi menjadi topik utama di seluruh dunia karena kondisi ekonomi saat ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik. Selain itu, di sisi lain dalam waktu belakangan ini Indonesia pun diramaikan dengan berita buruh yang menuntut kenaikan UMP lagi di tahun 2013 sedangkan untuk kenaikan UMP di tahun 2012 saja sudah membuat beberapa perusahaan gulung tikar. Untuk hal ini, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) meminta buruh mengerti akan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, sebelum menuntut kenaikan upah minimum provinsi (UMP) menjadi Rp3,7 juta per bulan.
Jokowi pun menambahkan bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar. Ini juga berdampak pada perekonomian di ibu kota. Maka dari itu, Jokowi meminta agar para buruh pun mengerti dengan kondisi ini.
Kondisi saat ini ialah ekspor menurun diikuti oleh meningkatnya neraca transaksi berjalan Indonesia. Harga barang melonjak akibat kebijakan penyesuaian harga BBM pada Juli lalu. Salah satu yang fenomenal ialah harga daging sapi yang menjadi Rp 120.000 per kilogram dan belum kembali ke harga normal saat ini.
Sementara itu, disamping banyaknya masalah yang dihadapi perekonomian Indonesia saat ini, Indonesia memiliki catatan baik jika dilihat dari PDB nya.
  • Kondisi Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia kini mempunyai PDB US$700 miliar, kita boleh saja berbangga. Apalagi dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
Jika diihat dari PDB nya, kondisi perekonomian Indonesia dikatakan baik. Selain itu, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini belum bisa dikatakan sebagai krisis. Hanya saja, ia mengimbau pemerintah pusat dan daerah untuk waspada terhadap situasi ini. Ia meminta pemerintah pusat dan daerah meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, investasi, dan melakukan pengurangan impor. Boediono juga meminta pejabat pemerintah selalu efektif dan efisien menggunakan anggaran, kepala daerah pun harus meningkatkan kualitas penyerapan anggaran salah satunya dengan cara mempermudah kalangan pengusaha untuk berinvestasi. Pemerintah pun meyakinkan krisis ekonomi tersebut tidak terlalu berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.
Kondisi saat ini juga membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak tinggal diam sebagai lembaga modal yang menaungi pasar modal Indonesia. OJK melakukan pertemuan dengan beberapa pelaku pasar modal (perusahaan efek dan analis pasar modal), industri keuangan non-bank (perusahaan asuransi dan dana pensiun), serta pemodal kelembagaan domestik di pasar modal Indonesia. Dari pertemuan tersebut, OJK dan para pelaku industri jasa keuangan yang hadir mempunyai komitmen yang sama untuk terus menjaga kredibilitas serta turut berkontribusi terhadap upaya peningkatan ketahanan industri dari goncangan yang berasal dari internal maupun eksternal.                                                                                       
                           .                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar