Selasa, 12 November 2013

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2 (Pola Deduktif-Induktif)



Krisis Ekonomi Dimulai dengan Melemahnya Rupiah

Keadaan perekonomian Indonesia sedang dihadapkan pada suatu masa krisis ekonomi. Hal tersebut tercermin dari melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat. Nilai mata uang rupiah, pada Senin sore, juga bergerak melemah ke posisi Rp10.540 per dolar AS dari sebelumnya Rp10.380 per dolar AS, melemah 160 poin, seiring dengan spekulasi di pasar uang atas rencana The Fed tersebut.

Gejolak yang terjadi saat ini merupakan kombinasi dari kondisi global dan domestik, yaitu akibat kemungkinan penarikan operasi stimulus dari Bank Sentral AS (The Fed) dan adanya tekanan terhadap defisit transaksi berjalan. Kalau global berasal dari spekulasi kapan federal reserve akan mulai menarik operasi stimulusnya dari pasar uang dunia. Itu tentunya menimbulkan spekulasi untuk kita, yang capital inflow-nya masih tergantung pada asing. Sedangkan defisit transaksi neraca berjalan belum mengecil karena diperkirakan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi baru terasa pada triwulan III-2013.
Sayangnya, saat situasi ekonomi tak menentu yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, tim ekonomi pemerintah kurang tepat dalam mengambil kebijakan. Kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah untuk menanggulangi melemahnya Rupiah sesat. Itu karena mereka melakukan cara yang menabrak aturan dalam bentuk intervensi terhadap BEI dengan mengerahkan Jamsostek dan BUMN.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyampaikan empat paket kebijakan penyelamatan ekonomi untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional, akibat perlemahan nilai tukar rupiah. Empat paket kebijakan penyelamatan ekonomi itu adalah :
1.      Perbaikan neraca transaksi perjalanan dan menjaga nilai tukar rupiah
à Dalam upaya memperbaiki neraca transaksi perjalanan atau current account defisit dan menjaga nilai tukar rupiah, Pemerintah akan mendorong ekspor dengan memberikan additional deduction tax untuk sektor padat karya yg memiliki ekspor minimal 30 persen dari total produksi, menurunkan impor migas dengan meningkatkan porsi penggunaan biodiesel dalam porsi solar, sehingga akan mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor, dan menetapkan pengenaan pajak barang mewah yang berasal dari impor seperti mobil cbu, branded product, yang sekarang berkisar sudah 75 persen akan menjadi 125 persen hingga 150 persen.
2.      Pemberian insentif
à Pemerintah akan memberikan insentif dengan tetap membuktikan bahwa fiskal defisit berada pada kisaran 2,38 persen
3.      Menjaga daya beli masyarakat
à Pemerintah akan memberikan relaksasi pembatasan fasilitas kawasan berikat untuk produk domestik, dan juga penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (ppn) buku, pengapusan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (ppnbm) untuk produk dasar, yang sudah tidak tergolong barang mewah
4.      Menjaga tingkat inflasi.
à Pemerintah akan bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI).Dari sisi pemerintah, untuk mengatasi inflasi atau harga yang bergejolak yang muncul akhir-akhir ini, maka pemerintah akan mengubah tata niaga, seperti daging sapi dan holtikultura dari pembatasan kuantitas atau menggunakan kuota menjadi mekanisme yang mengandalkan pada harga.

Referensi :
                                            
Keterangan : 1. Font color merah  : Kalimat Utama
   2. Font color hitam   :  Kalimat Penjelas
   3. Highlight kuning  : Paragraf Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar